Namanya Imas, aku biasa memanggilnya Teh
Imas, sementara ia biasa memanggilku Mas Tody. Perawakannya sedang-sedang saja,
wajahnya pun sedang-sedang saja, bila dibandingkan dengan istriku jelas lebih
cantik istriku. Tapi entah mengapa ia begitu menggairahkan diriku sehingga aku
sering berangan-angan untuk dapat bersetubuh dengannya. Mungkin itulah yang
dimaksud dengan peribahasa “Rumput di halaman tetangga nampak lebih hijau”.
Angan-anganku tersebut sebenarnya tidak berlebihan karena Teh Imas sendiri
sering memancing perhatianku, baik dengan perkatan-perkataannya saat ia
mengobrol denganku, maupun dengan sikap dan gerak-geriknya. Rumah kami yang
saling berhadapan memungkinkan diriku untuk sering mengamatinya sambil berkhayal.
Apalagi bila ia selesai mandi (kebetulan kamar mandinya berada di luar rumah)
seolah sengaja memamerkan tubuhnya yang sintal dan mulus yang hanya ditutupi
dengan handuk yang minim. Tak ayal lagi bila melihat itu aku pun asyik
memelototinya dari balik kaca rumahku sambil beronani.
Pernah pada suatu hari ketika aku berjalan di gang yang sempit dekat rumahnya
aku dikagetkan olehnya di tikungan. Kontan saja aku merasa kaget, namun ketika
mengetahui bahwa yang mengagetkanku itu Teh Imas aku pun memeluknya erat-erat.
Pada mulanya ia meronta-ronta hendak melepaskan diri dari pelukanku namun dari
rontaannya aku mengetahui bahwa ia hanya berpura-pura, terlebih-lebih ketika
aku berhasil mendaratkan ciuman di bibirnya yang seksi ia memberi respons
dengan membalas ciumanku. Tanganku pun bergerilya di sekitar dadanya. Teh Imas
hanya dapat menggelinjang sambil merintih keenakan. Untung kami sadar bahwa
gang tersebut adalah jalan umum walaupun pada saat itu sangat sepi maka kami
pun melepaskan ciuman kami. Teh Imas tersenyum tersipu sambil berkata “Ah, Mas
Tody nakal!” sambil mencubit mesra pahaku. Sejak saat itu khayalanku bertambah
menjadi-jadi karena mengetahui bahwa Teh Imas membalas hasratku. Teh Imas pun
semakin atraktif bila di hadapanku seolah-olah memberi isyarat bahwa ia
menginginkan peristiwa di gang sepi itu terulang lagi. Bahkan lebih dari itu.
Pada suatu hari ketika aku akan pergi ke
kampung untuk menjemput orang tuaku tanpa curiga suami Teh Imas menyuruh
istrinya untuk ikut bersamaku guna menengok adiknya yang kebetulan tinggal di
kota yang sama dengan tempat orang tuaku tinggal dan Teh Imas pun setuju. Waktu
itu aku membawa mobil kakakku dan pergi sendirian. Wah pucuk dicinta ulam pun
tiba pikirku.
Singkat kata kami berdua pun pergi bersama-sama.
Sepanjang perjalanan kami tidak banyak bicara karena bagaimanapun aku merasa
rikuh takut Teh Imas tidak merasa senang. Yang kulakukan hanya membayangkan
alangkah nikamtnya bila aku dapat menyetubuhi Teh Imas yang bahenol nerkom itu
sehingga sepanjang
Permainan kami sudah berlangsung 30 menit, berbagai
posisi telah kami coba dan Teh Imas selalu menuruti
posisi yang aku minta dan
kelihatannya ia sangat menyukai setiap posisi tersebut, terlebih-lebih ketika
aku memintanya untuk menungging dan aku hunjamkan kontolku dari belakang
sehingga terasa betul bahwa seluruh kontolku ditelan oleh memeknya. Ia sudah
mengalami orgasme sebanyak lima kali dan terlihat sudah kelelahan. Maka akupun
memberi isyarat kepadanya bahwa aku pun akan mengeluarkan maniku di dalam
memeknya, ia pun menyetujuinya dan menghendaki untuk keluar bersama-sama. Dalam
keadaan bugil kami pun berpelukan tanpa menghiraukan keringat kami yang
bercucuran. Teh Imas pun bercerita bahwa suaminya terlalu kuno dalam bermain
cinta, tidak lihai membangkitkan gairah istri, sehingga Teh Imas sering merasa
malas meladeninya, di samping ukuran kontolnya yang kecil dan pendek serta
tidak tahan lama. Kebetulan aku pun mengalami masalah yang sama, istriku
terlalu kuno dalam bercinta, tidak mau bereksperimen, hal itu membuat aku
kadang-kadang merasa jenuh. Tanpa terasa kami pun tertidur sambil berpelukan.
perjalanan kontolku ngaceng terus. Ketika
tiba di kota S kami pun mampir di sebuah restoran yang berdampingan dengan
sebuah hotel untuk beristirahat sambil mengisi perut karena di rumah kami belum
sempat sarapan. Sembari menikmati sarapan otakku berputar mencari jalan
bagaimana caranya agar aku dapat menyetubuhi Teh Imas sepuas-puasnya. Setelah
selesai makan saya berkata kepada Teh Imas “Teh kita istirahat dulu di hotel
yach untuk mengembalikan stamina karena perjalanan kita masih jauh”. Teh Imas
tersenyum sambil menjawab “Alaaaaah Mas Tody kok pura-pura segala, bilang saja
terus terang kalau Mas Tody ingin ngewe dulu dengan saya, saya juga mau kok
karena dari dulu juga memek saya sebetulnya sudah kepingin dimasuki oleh kontol
Mas Tody. Tadi juga saya selalu memperhatikan celana Mas Tody yang kembung
karena kontolnya ngaceng ya?”. Aku merasa agak malu karena tipu muslihatku
diketahui oleh Teh Imas, tapi aku pun merasa lega karena keinginanku tidak
bertepuk sebelah tangan. Teh Imas pun melanjutkan ceritanya, “Mas sebenarnya
hasrat seks saya tidak terpuaskan oleh suami saya yang kontolnya kecil lagi
pula loyo, oleh karena itu saya selalu beronani sambil membayangkan bahwa saya
sedang diewe oleh Mas Tody”. Mendengar pengakuannya yang polos dan terus terang
itu kontan kontol saya semakin mengeras apalagi setelah saya perhatikan
ternyata di balik T-Shirtnya yang ketat Teh Imas tidak mengenakan BH sehingga
buah dadanya yang besar terlihat menggelantung dan putingnya tercetak jelas.
Akhirnya kami memutuskan untuk cek-in di
hotel di sebelah restoran tadi. Hotel tersebut lumayan bersih dengan suasana
yang tenang. Begitu kami masuk ke dalam kamar dan mengunci pintunya kontan Teh
Imas memeluk diriku dan mendaratkan ciumannya ke bibirku sambil tangannya
berusaha untuk membuka ritsleting celanaku seolah-olah tidak sabar untuk
memegang kontolku. Aku pun segera mengimbangi kebuasannya dengan melumat
bibirnya sambil meremas-remas teteknya. Untuk membantu Teh Imas aku pun segera
membuka celanaku sehingga Teh Imas leluasa memegang dan mempermainkan kontolku
yang berukuran sedang, panjang 14-15 cm. dengan diameter 13 cm. Ketika aku
mendaratkan bibirku di lehernya, Teh Imas pun menggelinjang kegelian sambil
mendesah nikmat. Aaaah …… Masssssss …….. geli tapi nikmaaaaaaaat. Aku pun meneruskan
pengembaraan bibirku ke bagian dada Teh Imas yang kausnya sudah dibuka. Segera
ketika kudapatkan teteknya yang besar aku pun menghisap dan mempermainkan
pentilnya dengan bibirku. Teh Imas menjerit tertahan sambil mengelinjang
kegelian campur nikmat. Aaaaawwww …… Massssss ……. Terus …… jangan biarkan saya
menderita Maaaassss ……. Aku sangat menginginkan kontolmuuuuuu ……., sambil
tangannya tidak henti-hentinya mempermainkan kontolku. Sambil tetap mengulum
dan menghisap teteknya aku pun melepaskan celana panjang dan cd Teh Imas sambil
perlahan-lahan membaringkan tubuhnya di tempat tidur. Aku pun menempelkan
kontolku serta menggesek-gesekkannya pada permukaan memek Teh Imas yang
ditumbuhi oleh bulu yang lebat. Nampaknya Teh Imas sudah tidak sabar ingin segera
merasakan kenikmatan kontolku; ia berusaha memasukkan kontolku ke dalam
memeknya dengan jalan menggoyang-goyangkan pantatnya sambil mengarahkan lubang
memeknya yang sudah basah kepada kontolku.
Namun aku sengaja menahannya tidak
memasukkan kontolku tersebut ke dalam memeknya karena aku ingin tahu sampai
sejauh mana nafsu wanita yang seksi ini. Aku malah mempermainkan memeknya
dengan tanganku, kuusap-usap klitorisnya dengan jariku.
Dipermainkan begitu Teh Imas semakin hebat
menggelinjang, pantatnya tidak berhenti bergoyang, sementara bibirnya semakin
ramai mendesah dan meracau sssshhhhh …… ssssshhhhhhh …….. shhhhhhhh ……..
Maaassssssss …….. aku sudah tidak tahan Maaaassssss …… cepat masukkan
kontolmuuuuuu ……. Massssss …….. aku bisa gila Maaasssss …….. ingin cepat
merasakan kontolmuuuu, sudah lama aku menginginkan diewe olehmu Massssss ……
Nafasnya semakin memburu. Kulihat matanya membeliak, dan yang tampak hanya
bagian putihnya saja. Melihat nafsunya yang sudah demikian memuncak aku pun
merasa iba sehingga secara perlahan-lahan kumasukkan kontolku ke dalam lubang
memeknya, ketika sudah masuk separohnya kucabut kontolku, untuk dimasukkan
kembali separohnya. Demikianlah kulakukan berulang-ulang. Teh Imas matanya
setengah terpejam sambil mulutnya tidak henti-hentinya mengeluarkan desahan
seperti orang yang kepedasan karena makan sambal sambil pinggulnya tidak
berhenti bergoyang dan berputar yang menambah kenikmatan kontolku. Sssssshhhhh
…….. ssssshhhhhtttt …….. ssssshhhhhh …….. ssssshhhhh …….. Ketika kuhunjamkan
seluruh kontolku ke dalam memeknya Teh Imas pun menjerit tertahan sambil
wajahnya mendongak aaaaaaaaaawwwwwww ……….. Melihat lehernya terbuka aku pun
menciumi lehernya, tapi aku membairkan kontolku tertanam di dalam memek Teh
Imas tanpa memajumundurkan atau menggerakkannya. Teh Imas nampak kesal, dan ia
memintaku untuk memajumundurkan kontolku. “Jangan didiamkan dong kontolmu Masss
…… kurang nikmat, nanti aku imbangin permainan kontolmu dengan goyang
jaipongku”. Memang kebetulan Teh Imas pandai menari jaipong yang seksi itu.
Ketika aku terbangun kulihat Teh Imas masih
tertidur lelap dalam keadaan telanjang. Posisinya sangat menggairahkan, kedua
kakinya tertekuk agak mengangkang sehingga terlihat memeknya yang berwarna
merah kehitam-hitaman agak merekah. Melihat pemandangan itu kontan saja
kontolku ngaceng kembali tapi aku tidak segera memasukkan kontolku tersebut ke
dalam memek Teh Imas, melainkan secara pelan-pelan mendekatkan bibirku ke arah
memek tersebut. Aku ingin memberi pengalaman baru yang mengasyikkan kepada Teh
Imas. Segera saja kudaratkan bibirku ke memek Teh Imas tanpa menghiraukan bau
yang keluar dari lubang kenikmatan tersebut dan juga tanpa menghiraukan
bekas-bekas mani yang masih menempel. Kujulurkan lidahku untuk mengorek-ngorek
lubang memek tersebut sambil sesekali kuhisap dan kupermainkan klitorisnya
dengan lidahku. Teh Imas belum terbangun tapi pantatnya bergoyang-goyang dan
terangkat sambil mengerang-erang, kelihatannya karena geli dan nikmat. Mungkin
ia sedang bermimpi nikmat. Ketika tidak berapa lama kemudian Teh Imas terbangun
ia melihat bahwa aku sedang bermain-main di seputar memeknya, ia pun menjambak
rambutku dan membenamkan kepalaku ke memeknya, pahanya segera menjepit erat
kepalaku dan kakinya ditumpangkannya di pundakku. Badannya menggelepar-gelepar,
kepalanya menggeleng ke kiri dan ke kanan, tangannya menjambak rambutku dan
menekan kepalaku agar lebih keras mempermainkan memeknya. Sepertinya kalau bisa
ia ingin membenamkan seluruh kepalaku ke dalam lubang memeknya. Aku pun semakin
agresif memberi kenikmatan kepada memek Teh Imas yang tidak henti-hentinya
menggelinjang sambil mengerang. Aaaahhhhh ……. Sssssshhhhhh …….. sssssshhhhhhh
……. Adddddduuuuuuuuhhhh …… Massssssssssssssss ………. Pandai nian Massss memberi
kenikmatan padaku, aku rela diperlakukan bagaimana pun asal nikmaat
bagikuuuuuuuuuu ……., telan saja memekku Maaaaassss …….
Aku pun melanjutkan permainan bibirku ke bagian atas. Aku menjilati pusarnya, terus naik lagi semakin ke atas dan segera kutemukan tetek Teh Imas yang menjadi pavoritku, aku senang berlama-lama mempermainkan serta menghisapnya. Teh Imas semakin liar gerakan tubuhnya, menggelinjang ke sama kemari. Mulutnya tidak henti-hentinya meracau mengeluarkan desahan serta kata-kata yang jorok menyebabkan aku semakin terangsang. Maaaasssssssss ……… cepet dooooong masukkan kontolmuuuuuuuu ….. jangan siksa aku Maaaasssssss ……… ooooooohhhhhhhh nikmatnyaaaaaa ……… aku ingin segera naik ke surga duniaaaaaa ……… Masssssss …… Aku merasa iba mendengar rintihan serta ratapannya, di samping aku pun memang sudah tidak tahan.
Aku pun melanjutkan permainan bibirku ke bagian atas. Aku menjilati pusarnya, terus naik lagi semakin ke atas dan segera kutemukan tetek Teh Imas yang menjadi pavoritku, aku senang berlama-lama mempermainkan serta menghisapnya. Teh Imas semakin liar gerakan tubuhnya, menggelinjang ke sama kemari. Mulutnya tidak henti-hentinya meracau mengeluarkan desahan serta kata-kata yang jorok menyebabkan aku semakin terangsang. Maaaasssssssss ……… cepet dooooong masukkan kontolmuuuuuuuu ….. jangan siksa aku Maaaasssssss ……… ooooooohhhhhhhh nikmatnyaaaaaa ……… aku ingin segera naik ke surga duniaaaaaa ……… Masssssss …… Aku merasa iba mendengar rintihan serta ratapannya, di samping aku pun memang sudah tidak tahan.
Aku segera menghunjamkan kontolku
keras-keras ke dalam memek Teh Imas, ia seperti tersedak, nafasnya seolah-olah
terhenti sejenak, kemudian terdengarlah erangannya yang semakin meningkatkan
nafsu birahiku. Aku pun tidak berhenti memajumundurkan kontolku, sehingga
terdengar bunyi seperti suara langkah kaki orang yang berlari-lari di tempat
yang becek, cek cek cek cek cek ditimpali suara beradunya pahaku dengan paha
Teh Imas yang mengeluarkan suara plok plok plok. Suara-suara tersebut dipadukan
dengan suara rintihan serta erangan yang keluar dari mulutku dan mulut Teh
Imas. Ah, nikmat benar ngeweeeeeeeeee dengan Teh Imas! Tidak berhenti sampai di
situ, kami pun berguling-guling untuk menambah variasi permainan, kadang aku di
atas kadang di bawah. Ketika aku berada di atas kendali permainan ada pada
diriku, tapi ketika aku berada di bawah maka Teh Imaslah yang mengendalikan
permainan, dengan liar ia menaikturunkan serta memajumundurkan pantatnya
sementara aku mengimbanginya dari bawah. Teh Imas tidak henti-hentinya memuji
kelihaianku dalam memuaskan dirinya. Maaaasssss ……. Pandai benar engkau
memuaskan diriku ……. Masssss andaikata engkau suamiku tentu aku akan memintamu
mengewe diriku setiap saat …… Maaaaaassssss ……… aduuuuuuuhhhh ……….
Nikmaaaaatttttt ……. Sssshhhhhhhh ………… Shhhhhhhhhhh ……… kontooooooooollllllll.
Massssssss …….. rendamlah kontolmu di dalam memekku selama mungkiiiiiiiinnnnn
aaaaaaaaawwwwww ……… ssssshhhhhhhhh. Aku pun mengimbangi pujiannya dengan memuji
pula. Teeeeeeehhhhhhhh ………. Sudah kuduga pasti memekmu enaaaaaaaakkkkkkkkk ………
sssshhhhhhhh……….
Setelah berlangsung cukup lama aku merasa ada sesuatu yang
mendesak-desak di dalam kontolku ingin keluar, Teh Imas pun nampaknya
mengejang, maka aku mengajak agar mencapai orgasme secara bersama-sama, teh
Imas mengangguk. Terjadilah kontraksi pada diri kami berdua sejenak kemudian
memancarlah air maniku di dalam memek Teh Imas, diiringi oleh jeritan tertahan
dari kami berdua. Awwwwwww …….. aduuuuuuuh ……. Masssssss ……… Teeeeeeehhhhhhh
…….. Kami pun terkulai lemas, tubuh Teh Imas menindih tubuhku, tangannya
memeluk erat tubuhku dengan mesra.
Ketika hari menjelang sore kami berdua mandi bersama-sama karena hendak
melanjutkan perjalanan ke kota tujuan. Kami saling menyabuni tubuh kami
masing-masing dan di dalam kamar mandi itu terjadilah lagi persetubuhan dengan
gaya dan posisi yang benar-benar baru bagi Teh Imas. Ia sendiri mengakui bahwa
pengalaman ngewe bersamaku di hotel itu merupakan pengalamannya yang baru dalam
bersetubuh dan membawa kenikmatan yang luar biasa baginya.
Setelah selesai mandi sambil ngewe kami pun
cek-out dari hotel tersebut dan melanjutkan perjalanan ke kota tujuan kami.
Tapi berbeda dengan ketika kami baru berangkat dari rumah kami suasana di
perjalanan sekarang jauh lebih santai lebih menyenangkan. Aku dipaksa untuk
melepaskan cd-ku oleh Teh Imas agar ia leluasa mempermainkan kontolku, dan
kadang-kadang mengulumnya. Perlu diketahui bahwa setelah keluar dari hotel aku
mengenakan sarung sedangkan Teh Imas mengenakan rok. Bukan satu dua kali aku
harus meminggirkan mobilku yang kukemudikan di tempat yang sepi karena merasa
tidak tahan dengan kenikmatan yang diberikan oleh Teh Imas kepada kontolku.
Kebetulan sepanjang perjalanan kami banyak melewati hutan jati. Bila sudah
demikian Teh Imas pun meminta kepadaku untuk menjilat dan menyedot itilnya
karena ia pun tidak memakai cd. Aaaah …… Teh Immmmaaaaasss, betapa nikmatnya
itilmu seperti yang selama ini aku bayangkan.
Sesampai di kota yang dituju kami pun berpisah karena rumah orang tuaku dan rumah adiknya berjauhan sekaligus untuk menghilangkan jejak. Sebelum berpisah kami sama-sama berjanji untuk merahasiakan peristiwa nikmat ini dan sekaligus juga berjanji untuk melakukannya lagi pada waktu yang lain bila keadaan memungkinkan. Aaaahhhhh …… Teh Imaaaaaasssssss ……. Aku selalu merindukan memekmu ………. Kapankah kontolku bisa menembus dan mengaduk-aduk lagi memekmu? Aku pun yakin bahwa perasaanmu juga sama. Teh Imas ewean lagi yu? Aku ingin mengewemu setiap saat. Semoga Teh Imas membaca cerita ini dan menyambut keinginanku ini.
Bagiku sekarang rumput di halaman tetangga itu bukan
saja “lebih hijau” namun juga “lebih nikmat”. Aaaaaaaaaaaaaaahhhhhh …………………… Sesampai di kota yang dituju kami pun berpisah karena rumah orang tuaku dan rumah adiknya berjauhan sekaligus untuk menghilangkan jejak. Sebelum berpisah kami sama-sama berjanji untuk merahasiakan peristiwa nikmat ini dan sekaligus juga berjanji untuk melakukannya lagi pada waktu yang lain bila keadaan memungkinkan. Aaaahhhhh …… Teh Imaaaaaasssssss ……. Aku selalu merindukan memekmu ………. Kapankah kontolku bisa menembus dan mengaduk-aduk lagi memekmu? Aku pun yakin bahwa perasaanmu juga sama. Teh Imas ewean lagi yu? Aku ingin mengewemu setiap saat. Semoga Teh Imas membaca cerita ini dan menyambut keinginanku ini.
Cerita Sex Rumput Tetangga Lebih Hijau dan Lebih Nikmat
ARTIKEL TERKAIT:




Memang rumput tetangga slalu hijau.....:)
BalasHapus