Namaku Mei Ling, aku adalah seorang
mahasiswi semester akhir di salah satu perguruan tinggi terkemuka yang berada
di daerah Jakarta Pusat yang pada masa-masa awal demokrasi terkenal sebagai
pusat demonstrasi dan berbagai tragedi politik. Namun sebaiknya lupakan saja
masalah itu, selain karena aku tidak pernah ikut kegiatan tersebut, aku juga
lebih tertarik dengan urusan kuliah dan cowo ketimbang masalah politik.
perpustakaan setelah selesai
menyusun beberapa bab skripsi yang harus kuperbaiki tatkala siang tadi usai
menghadap dosen pembimbing skripsiku. Saat itu keadaan sudah gelap (pukul
19.00) dan kantin pun sudah tutup, praktis tidak ada lagi mahasiswa yang
nongkrong di kantin dan kalaupun ada hanya sebagian kecil saja sehingga aku pun
memutuskan untuk langsung menuju ke lapangan parkir khusus mahasiswa yang
berada disamping kampus.
Terus terang jantungku agak berdegup karena perasaanku merasa tidak enak, terutama karena aku mengetahui bahwa Lexy selama ini sering menatapku berlama-lama dan caranya menatapku terasa sangat menelanjangi, seolah-olah ingin memperkosaku. Namun aku berusaha bersikap tenang agar tidak menimbulkan akibat buruk karena menurut teman-teman, jika kita terlihat tenang maka lawan kita cenderung ragu untuk berniat jahat. Namun ternyata Lexy tidak berbuat apa-apa dan hanya berkata, "Ada yang bisa saya bantu, Ling?", "Ehh..., nggg..., anu..., ini mobil sialan diparkir begini, mana susah lagi dorongnya", sahutku agak canggung. "Mari saya bantu, kamu pegang samping kanan ini yach", ujar Lexy memberi aba-aba agar aku berada dibelakang samping kanan Panther sialan itu.
Aku pun mulai merasakan sedikit nyaman dengan ukuran "senjata" Lexy
dan perlahan-lahan kembali terangsang dan dapat menikmatinya. Namun harus
kuakui Lexy ternyata benar-benar seorang pria yang sangat gentle dan juga
jantan, ia tidak saja begitu lembut "memerkosa" diriku namun juga
sangat memperhatikan kenyamanan dan kepuasanku, bagaimana tidak, jika
dibandingkan dengan mantan pacarku yang pernah tidur denganku, Lexy seperti-nya
sungguh mengerti keinginanku. Ia tidak saja perlahan-lahan dan dengan penuh
kelembutan "memerkosa" diriku namun juga aktif membantu merangsang
diriku hingga aku benar-benar sangat terangsang sehingga walaupun ukuran
kejantanannya menurutku sangat menyeramkan, namun aku tidak merasa sakit dan
dapat menikmatinya.
Setelah beristirahat sejenak dan melihat kondisiku yang sudah agak pulih, Lexy mulai meneruskan aksinya yang tertunda tadi. Pada babak berikut ini, gaya permainannya diubah, sekarang ia melakukan serangan dengan tehnik "Total Foot Ball. Gaya serangannya menggebu-gebu dan tekanan-tekanan penisnya benar-benar mengarah pada sasaran-sasaran strategis pada liang kemaluanku. Setiap kali Lexy menancapkan penisnya yang besar itu kedalam lubang kemaluanku, maka tekanan penisnya menarik seluruh bibir kemaluanku melesak kedalam, sehingga klitorisku pun ikut tertekan masuk dan tergesek-gesek dengan batang penisnya yang dilingkari oleh urat-urat menonjol. Hal ini membuatku menggelinjang-gelinjang nikmat, "Aaagghhh..., aaddduuhh..., Leexxx..., peeelllannn-peellannn..., doongg...!", akan tetapi kali ini Lexy tidak mengurangi serangan-serangannya, tempo permainannya malah ditingkatkan, semakin aku menggeliat-geliat, semakin menggebu-gebu Lexy memompakan kemaluannya ke dalam liang vaginaku.
Secara fisik aku adalah gadis yang
menarik dengan tinggi tubuh sekitar 175 cm, langsing dan seksi (karena rajin
ikut senam dan fitness), berwajah lonjong dan berparas melankolis, berambut
hitam legam panjang lurus sebahu (ciri khas wanita chinese) serta berkulit
putih mulus tanpa cacat sedikit pun dengan puting payudara berwarna merah jambu
dan bulu kemaluan tipis agak jarang. Kejadian ini bermula ketika aku baru saja
usai pulang dari ruang baca skripsi (tempat kumpulan skripsi alumni)
Tempat parkir sudah agak sepi, hanya
tersisa beberapa mobil saja milik mahasiswa S2 ataupun S1 yang kebetulan masih
ada jadwal kuliah malam. Kebetulan mobilku tadi siang mendapat tempat parkir
agak jauh ke sudut lapangan parkir. Lapangan parkir itu sendiri sebenarnya
adalah tanah kosong yang ditimbun oleh batu dan pasir serta dikelilingi oleh
pagar seng yang tertutup rapat sehingga tidak dapat dilihat oleh orang dari
luar.
Mobilku adalah Suzuki Escudo
berwarna gelap keluaran terakhir yang kebetulan sempat dibeli oleh Papaku
sebelum krismon berawal. Di jajaran mobil yang parkir terlihat hanya ada
tinggal 3 mobil lagi yakni satu Toyota kijang berwarna biru gelap dan satu
Panther long chassis berwarna hijau gelap serta sebuah Feroza berwarna hitam
dimana posisi ketiganya adalah tepat mengelilingi mobilku. Feroza ada tepat
dipojok lapangan parkir yang berarti berada tepat di sebelah kiri mobilku,
sedangkan Kijang ada di sebelah kanan dan Panther tersebut ada di depan mobilku
dengan posisi parkir paralel sehingga menghalangi mobilku keluar. Aku terus
terang agak kesal karena selain sudah lelah dan banyak masalah sehubungan
dengan skripsiku, eh..., ternyata malam-malam begini masih harus mendorong mobil
lagi.
Aku berjalan sedikit setelah
sebelumnya meletakkan tas dan buku serta diktat beserta bahan skripsi di mobil,
aku melihat-lihat kalau-kalau masih ada tukang parkir atau satpam di gerbang
masuk parkiran yang tidak seberapa jauh. Sebab gerbang keluar parkiran sangat
jauh letaknya dari posisi mobilku. Ternyata gerbang masuk telah tertutup dan
dirantai sehingga untuk mencari orang aku harus menuju ke gerbang keluar.
Karena agak malas jalan aku pun terpaksa kembali ke mobil dan berinisiatif
mendorong Panther tersebut sendirian. Dengan agak bingung aku letakkan telapak
tangan kiriku di belakang mobil tersebut sementara tangan kanan di sisi kanan
mobil. Ternyata Panther tersebut tidak bergerak sama sekali. Aku curiga
jangan-jangan pemiliknya telah memasang rem tangan sebelumnya. Karena itu aku
berniat mengempiskan ban mobil sialan itu. Saat sedang asyik berjongkok dan
mencari posisi pentil ban belakang sebelah kanan Panther tersebut, mendadak aku
merasakan kehadiran orang di dekatku, tatkala aku menoleh ternyata orang
tersebut adalah Lexy teman sekampusku yang sebelumnya sudah lulus namun pernah
satu kelas denganku di MKDU.
Lexy adalah seorang pria kelahiran
Sumatera berbadan hitam tinggi besar (185 cm / 90 kg), dengan perut buncit,
berwajah jelek (mukanya terus terang hancur banget penuh parut karena bekas
jerawat) dengan gigi agak tonggos dan kepala peyang serta bermata jereng
keluar. Tak heran kalau banyak gadis-gadis sering menjadikannya bahan
olok-olokan dalam canda mereka karena keburukan wajahnya namun tanpa
sepengetahuannya, sebab selain wajah Lexy sangat sangar, dia juga dikenal
berkawan dengan banyak pentolan kampus dan juga kabarnya memiliki ilmu hitam.
Namun dia juga dikenal sangat pede, dan itulah yang menjadikannya olok-olokan
bagi para gadis karena dia tidak pernah malu-malu menatap wanita cantik yang
disukainya dengan berlama-lama.
Terus terang jantungku agak berdegup karena perasaanku merasa tidak enak, terutama karena aku mengetahui bahwa Lexy selama ini sering menatapku berlama-lama dan caranya menatapku terasa sangat menelanjangi, seolah-olah ingin memperkosaku. Namun aku berusaha bersikap tenang agar tidak menimbulkan akibat buruk karena menurut teman-teman, jika kita terlihat tenang maka lawan kita cenderung ragu untuk berniat jahat. Namun ternyata Lexy tidak berbuat apa-apa dan hanya berkata, "Ada yang bisa saya bantu, Ling?", "Ehh..., nggg..., anu..., ini mobil sialan diparkir begini, mana susah lagi dorongnya", sahutku agak canggung. "Mari saya bantu, kamu pegang samping kanan ini yach", ujar Lexy memberi aba-aba agar aku berada dibelakang samping kanan Panther sialan itu.
Tatkala aku sedang dalam posisi siap
mendorong dari arah kiri, kutengokkan kepala ke arah kiri, ternyata Lexy tidak
berada pada posisi belakang mobil itu melainkan berada tepat di belakangku dan
tangannya dengan cepat telah berada di atas tanganku dan jemarinya telah
meremas jemariku dengan lembut, mesra namun kuat. "Ehhhh ... apa-apaan nih
Lex?", ujarku panik. Namun Lexy dengan tenang dan lembut malah
menghembuskan nafasnya di balik telingaku dan membisikkan sesuatu yang tidak
jelas (mungkin sejenis mantera) lalu menambahkan "Aku mencintaimu Mei
Ling", ujarnya lembut. Mendadak aku merasa lemas, namun aku masih sempat berucap
"Lepaskan aku Lex, kamu ini udah gila kali?", ujarku lemah. Tapi aku
semakin tak berdaya melawan hembusan lembut di belakang telingaku dan kecupan
mesranya di belakang leherku tepatnya di bulu-bulu halus tengkukku. Nampaknya
Lexy menggunakan sejenis pelet tingkat tinggi yang mampu membuatku tak berdaya
dan hanya bisa pasrah menikmati tiap cumbuannya.
Makin lama cumbuan Lexy semakin
hebat dan herannya aku yang biasanya sangat jijik kepadanya seperti
terbangkitkan gairah birahiku, apalagi Lexy tidak hanya mencium pundak, tengkuk
dan telingaku saja, namun tangannya juga telah mulai bermain mengusap-usap
daerah terlarang milikku. Yah, tangan kiri Lexy telah mengeluarkan kemejaku
dari balik celana jeans yang kukenakan dan masuk ke balik celanaku hingga menembus
celana dalamku dan mengusap-usap dengan lembut bukit kemaluanku. Aku hanya bisa
mendesah lemah dan mulai merasakan rangsangan yang demikian kuat. Mendadak Lexy
menarik dan membimbingku ke arah mobilku dan tangannya menarik pintu belakang
sebelah kanan mobilku yang memang tidak sempat kukunci. Lantas ia merebahkanku
di jok tengah Escudo milikku dan merebahkan sandarannya. Kemudian ia mendorong
tubuhku ke dalam dan menekuk kakiku hingga posisi kakiku terlipat ke atas
sehingga dengan mudahnya kemaluanku terkuak dan pahaku miring ke samping.
Lantas dengan segera Lexy menutup pintu dan mengambil kunci mobilku serta
menguncinya dari dalam melalui central lock di pintu depan.
Aku semakin tidak berdaya dengan
usapannya di kemaluanku apalagi dia telah membuka kancing, gesper dan
ritsluiting celana jeansku dan tangannya telah menarik turun celana dalamku.
Kemudian Lexy menarik dengan cepat celana jeansku lalu kemudian menarik lagi
celana dalamku hingga terlepas semuanya. Aku selama itu hanya bisa pasrah lemas
tidak tahu mengapa, mungkin akibat mantera miliknya yang begitu dahsyat.
Mungkin juga karena diriku telah dilanda birahi yang sangat hebat karena terus
terang, aku memang begitu mudah terangsang sehingga itu pula yang menyebabkan
aku telah kehilangan keperawanan di tangan mantan kekasihku di awal masuk
kuliah dulu.
Namun di luar itu semua yang
kurasakan adalah kenikmatan yang teramat sangat karena selanjutnya bukan lagi
jemari Lexy yang bermain pada permukaan kemaluan dan klitoris serta pada daerah
G-Spot milikku, namun kini justru giliran lidahnya bermain-main di sana dengan
kemahiran yang sangat luar biasa jauh daripada yang mampu dilakukan oleh mantan
kekasihku. Sehingga tanpa kusadari, aku justru mencengkeram kepala Lexy dan
menekannya ke arah kemaluanku agar rangsangan yang kuterima semakin kuat.
Namun rupanya Lexy bukan sembarang
pria jantan biasa, tampaknya ia begitu mahir atau justru tengah dikuasai oleh
hawa nafsu iblis percabulan (kudengar orang-orang pemilik ilmu hitam, hawa
nafsunya adalah murni hawa nafsu iblis) sehingga ia bukan saja memainkan
lidahnya ke sekitar klitoris dan daerah G-Spot milikku, namun juga mulutnya
mampu menghisap dan lidahnya memilin-milin klitorisku sehingga tanpa kusadari
aku semakin diamuk birahi dan memajukan kemaluanku sampai menempel ketat di
wajahnya. Dan sungguh mengejutkan, tiba-tiba desakan kenikmatan melanda seluruh
diriku, membuat badanku terlonjak-lonjak akibat perasaan nikmat yang dahsyat
yang melingkupi diriku, perasaanku seakan melayang-layang dan denyutan-denyutan
nikmat terasa pada bagian dalam kemaluanku. Aku mengalami orgasme untuk pertama
kalinya hanya dengan oral sex dari seorang pria, padahal mantan kekasihku hanya
mampu membuatku orgasme setelah mengkombinasikan oral sex dengan persetubuhan
dan itu memakan waktu yang cukup lama. Tubuhku terus mengejan dengan kuat dan
kurasakan vaginaku sangat basah dan aku serasa melayang diawang-awang dengan
pahaku yang membekap erat wajah dan kepala Lexy.
Beberapa saat kemudian kurasakan
tangan Lexy membelai lembut pahaku dan membukanya dengan lembut namun kuat
(sebenarnya sejak aku mengalami orgasme akibat dioral oleh Lexy, aku sudah
menganggap lembut segala perlakuannya mungkin karena sudah pasrah dan dibuat
puas kali). Dan aku hanya bisa menatapnya dengan sayu yg sungguh kali ini bukan
tatapan sayu bohong-bohongan seperti yg dilakukan teman-temanku kalau lagi
berusaha memikat cowo idamannya namun aku menatap demikian akibat pengaruh
orgasme dan rasa lemas namun nikmat yang masih terasa melanda sekujur tubuhku.
Saat itu kuperhatikan bahwa Lexy pun mulai membuka kemeja lengan pendeknya dan
tanpa kusadari akupun ikut melucuti kaos singlet miliknya serta membantunya
membukakan ritsluiting celananya yang dengan sigap diikuti oleh gerakan cepat
dari tangan Lexy yang langsung menurunkan celana luar beserta celana dalamnya.
Aku terus terang sungguh sangat
terkejut melihat "senjata kejantanan" milik Lexy yang sangat besar
dan panjang berwarna coklat agak gelap dengan diameter yang terus terang akupun
agak ngeri untuk memegangnya. Terus terang aku sempat berfikir kemaluanku bakal
terasa sakit seandainya dia benar-benar menyetubuhiku, namun ternyata itu semua
hanyalah khayalanku belaka, karena Lexy tidak langsung menghunjamkan
"rudal"-nya itu ke dalam kemaluanku namun layaknya seorang gentleman
ia mengusap-usap dulu kemaluanku yang sudah basah itu dengan ujung kemaluannya
hingga aku kegelian dan terangsang kembali dan dengan dibantu oleh jari-jari
Lexy yang juga bermain didaerah G-Spot-ku serta diclitorisku akupun dibuat
semakin becek dan siap untuk dimasuki. Dan ketika aku mulai semakin
mendeash-desah, Lexy pun dengan sigap memasukan batangannya ke dalam lubang
kemaluanku namun tidak semuanya hanya sebagian ujungnya saja (bagian apa ya
namanya, palkon kali ya?) Setelah itu karena dilihatnya aku agak sedikit
meringis (terus terang saat itu agak terasa sedikit sakit selain karena aku
sudah lama tidak bersenggama sejak putus dari mantanku, juga karena ukuran Lexy
yang agak besar) Lexy diam sejenak, setelah dilihatnya ekspresi wajahku sudah
normal kembali, ia pun mulai bergoyang memaju-mundurkan senjatanya namun dengan
sedikit demi sedikit, jadi tidak langsung amblas main tancap seperti yang
dilakukan oleh mantan kekasihku.
Seiring semakin terangsangnya
diriku, Lexy pun perlahan-lahan mulai semakin dalam menancapkan kemaluannya.
Akupun semakin lama semakin horny dan semakin tidak kuat lagi menahan desakan
kenikmatan yang makin memuncak dan semakin tidak tertahankan itu. Hingga
akhirnya merasa menyentuh awang-awang dan merasakan kenikmatan yang sungguh
tidak pernah kualami sebelumnya dengan para kekasihku, tanpa sadar aku melenguh
keras "Ooooahh..., Lexyyyyy..", dan akupun meremas kuat belakang
kepalanya dan menjepit erat pinggangnya dengan kedua paha dan kaki sekuat-kuatnya
dan juga mengangkat pinggulku hingga kemaluanku berhimpit kuat dengan
kemaluannya dan yang masih kuingat adalah saat itu diriku terasa basah dan
nikmat sekali. Basah baik pada lubang kemaluanku maupun sekujur tubuhku yang
penuh oleh peluh keringatku maupun keringat dan cairan liur Lexy (ia sangat
aktif menjilati sekujur tubuhku baik leher hingga ke payudaraku). Dan
selanjutnya akupun terbaring lemas tak berdaya, namun Lexy tidak meneruskan
perbuatannya walaupun ia belum mencapai orgasme, tapi justru beristirahat
sambil menunggu diriku siap kembali sungguh ia laki-laki yang tahu diri tidak
egois seperti pria-pria lainnya walaupun sebagai orang yang sedang memperkosaku
ia sebenarnya punya "hak" berbuat sesukanya tapi ternyata bisa dibilang
ia adalah "pemerkosa yang baik hati" yang pernah singgah dalam
hidupku.
Setelah beristirahat sejenak dan melihat kondisiku yang sudah agak pulih, Lexy mulai meneruskan aksinya yang tertunda tadi. Pada babak berikut ini, gaya permainannya diubah, sekarang ia melakukan serangan dengan tehnik "Total Foot Ball. Gaya serangannya menggebu-gebu dan tekanan-tekanan penisnya benar-benar mengarah pada sasaran-sasaran strategis pada liang kemaluanku. Setiap kali Lexy menancapkan penisnya yang besar itu kedalam lubang kemaluanku, maka tekanan penisnya menarik seluruh bibir kemaluanku melesak kedalam, sehingga klitorisku pun ikut tertekan masuk dan tergesek-gesek dengan batang penisnya yang dilingkari oleh urat-urat menonjol. Hal ini membuatku menggelinjang-gelinjang nikmat, "Aaagghhh..., aaddduuhh..., Leexxx..., peeelllannn-peellannn..., doongg...!", akan tetapi kali ini Lexy tidak mengurangi serangan-serangannya, tempo permainannya malah ditingkatkan, semakin aku menggeliat-geliat, semakin menggebu-gebu Lexy memompakan kemaluannya ke dalam liang vaginaku.
Kali ini aku benar-benar
dipermainkan habis-habisan oleh Lexy. Perasaan nikmat dan rasa geli telah
merambat dari daerah bagian bawah badan keseluruh tubuhku, sehingga perasaanku
serasa melayang-layang bagaikan layang-layang yang putus talinya, terbang
melayang dipermainkan angin. Perasaan nikmat dan geli akhirnya tidak tertahan
lagi dan, "...Leeeeexxxxx..., aakkkuuu..., aakkkaaann meeelleedaakkkk...,
aaauuuggghhh..., ooohhhh....!!", dengan suatu desahan panjang disertai
kedua pahaku mengejang dengan keras menjepit melingkari pantat Lexy, aku
mencapai orgasme yang hebat dan pada saat bersamaan Lexy juga mencapai
klimaksnya dan dengan pelukan yang sangat erat pada badanku, Lexy mendorong
pantatnya kuat-kuat, menekan pinggulku rapat-rapat, sehingga kemaluannya amblas
keseluruhan ke dalam liang vaginaku, sambil meyemprotkan cairan kental hangat
ke dalamnya. Semprotan demi semprotan kuat dari cairan hangat kental tersebut
terasa memenuhi seluruh rongga-rongga di dalam relung vaginaku, menimbulkan
perasaan sensasi yang datang bertubi-tubi melanda diriku, benar-benar suatu
kenikmatan sempurna yang tidak dapat digambarkan dengan kata-kata.
Kami berdua berpelukan erat-erat
selama beberapa detik, sambil menghayati denyutan-denyutan pada kemaluan kami
masing-masing. Setelah melewati puncak kenikmatan tersebut, maka kami terkapar
dalam keadaan lemas sambil tetap berpelukan dengan erat. Dengan perlahan-lahan
suatu kesadaran mulai merambati pikiranku, seperti awan yang ditiup angin, aku
mulai menyadari apa yang sedang terjadi pada diriku. Kesadaranku mulai pulih
secara perlahan-lahan dan menyadari bahwa aku baru saja melakukan persetubuhan
yang seru dengan Lexy, orang yang selama ini aku anggap sebagai preman di
kampus yang tidak pantas diajak sebagai seorang teman. Sambil masih telentang
di atas jok mobil aku mencoba menganalisis mulai dari kejadian yang pertama,
dan segera menyadari bahwa aku telah dikerjai Lexy dengan ilmu hitamnya.
Menyadari itu, aku mencoba memberontak dan mendorong Lexy dari atas tubuhku,
akan tetapi Lexy justru semakin kuat mendekapku, Lexy terus membujuk dan
mengelus-elus seluruh tubuhku, sehingga tak berselang lama kemudian aku terlena
lagi dan babak kedua "pemerkosaan" itu terjadi lagi, bahkan lebih
seru dan lebih mengasyikan daripada sebelumnya. Aku benar-benar tidak peduli
lagi, apakah ini disebabkan oleh ilmu hitam Lexy atau apapun, akan tetapi yang
jelas ini suatu persetubuhan yang sangat mengasyikkan. Karena itu kulayani
permainan Lexy kali ini bahkan dengan tidak kalah serunya.
ARTIKEL TERKAIT:
.jpg)



Mantabb ceritanya...
BalasHapus